Selasa, 03 Juni 2008

artikel2


PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK
(AL-‘ARABIYYAH LIL ATHFAL /ALA)
Muhaiban
Abstrak: Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran ALA adalah karakteristik siswa. Dalam pemilihan materi, metode, teknik, media, alat evaluasi, dan tempat pembelajaran, perlu diperhatikan karakteristik siswa, yaitu bahwa siswa (1) masih belajar dan senang berbicara tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang mempraktekkan sesuatu yang baru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung senang bertanya, (5) cenderung senang mendapatkan penghargaan, dan (6) cenderung mau melakukan sesuatu karena dorongan dari luar.
Kata-kata kunci: Pembelajaran, Bahasa Arab, ALA
Pembelajaran bahasa Arab untuk anak atau Al-‘Arabiyyah Lil Athfal (ALA) dalam bentuk verbal yang bertujuan mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an dan do’a-da’a serta bacaan-bacaan shalat telah lama berlangsung di Indonesia. Kegiatan pembelajaran bahasa Arab itu diperkirakan telah berlangsung sejak awal masuknya agama Islam ke Indonesia yaitu pada abad ke 12 (Muhaiban, 2002).
Pembelajaran ALA seperti itu dilaksanakan di rumah-rumah keluarga muslim, di masjid, mushalla, madrasah diniyah, atau di taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) (Effendy, 2001). Menurut statistik tahun 1990 (Dhofier, 1994 dalam Effendy, 2001) jumlah madrasah diniyah saja di Indonesia mencapai 16.680 dengan 2.479.572 santri. Sedangkan jumlah TPQ yang diperkirakan lebih banyak belum ada data resminya.
Jumlah lembaga pendidikan dasar yang sangat besar tersebut merupakan modal bagi pengembangan pembelajaran ALA pada saat ini dan pada masa-masa mendatang. Pengembangan yang perlu dilakukan terutama menyangkut tujuan, metode, dan strategi pembelajaran.
Selama ini tujuan pembelajaran ALA sebagaimana tersebut di atas adalah untuk mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an dan menulis huruf Arab dalam lingkup terbatas. Sedangkan metode yang dipakai adalah metode hapalan. Untuk pengenalan huruf Arab dipakai metode eja atau thariqah hajaiyyah. Pada tahun
Muhaiban adalah dosen pada Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
delapan puluhan dikembangkan metode baru yang berbasis pengenalan bunyi yang dikenal dengan thariqah shautiyyah tahliliyyah tarkibiyyah (Effendy, 2001).
Pada saat ini terdapat sejumlah madrasah ibtidaiyyah dan TPQ yang berupaya mengembangkan ALA tersebut. Pengembangan diarahkan pada pembelajaran kemampuan dasar bahasa Arab.
Pembelajaran ALA menduduki tempat yang strategis dalam konteks pembelajaran bahasa Arab secara umum di Indonesia. Di samping karena jumlah lembaga pendidikan dasar -baik formal maupun non-formal- sangat besar, juga karena anak-anak pada usia pendidikan dasar tersebut pada dasarnya cenderung mudah belajar bahasa terutama yang terkait dengan oral skill.
Permasalahan muncul karena guru kelas pada pendidikan dasar ini umumnya tidak disiapkan untuk mengajar ALA. Di antara mereka memang ada yang memiliki latar belakang pendidikan bahasa Arab, akan tetapi tidak secara khusus disiapkan sebagai guru ALA.
Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan pembelajaran ALA bagi guru-guru bahasa Arab. Pengetahuan praktis tentang pemilihan materi, strategi, dan media pembelajaran ALA mungkin akan membantu para guru dalam mengatasi permasalahan pembelajaran ALA baik di lembaga pendidikan formal maupun non-formal.
Artikel ini akan memaparkan secara garis besar strategi yang mungkin dapat ditempuh oleh para guru bahasa Arab dalam pembelajaran ALA.
KURIKULUM ALA
Pembelajaran bahasa Arab untuk pendidikan tingkat dasar, utamanya di Madrasah Ibtidaiyah, selama ini mengacu kepada Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Tahun 1994. Dalam kurikulum tersebut bahasa Arab disajikan mulai kelas 4. Sebagai perbandingan, untuk Sekolah Dasar, bahasa asing tidak secara jelas disebutkan dalam kurikulum. Dalam surat keputusan Mendiknas No. 0487/4/1992 Bab VIII disebutkan bahwa sekolah dasar dapat memasukkan pelajaran tambahan dalam kurikulumnya sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Berkenaan dengan kebijakan tersebut terbit surat keputusan lain No. 060/U/1993 yang menyatakan bahwa bahasa Inggris dapat dikenalkan kepada siswa kelas 4 sekolah dasar.
Untuk mendukung kebijakan mengenai pembelajaran bahasa asing di tingkat dasar tersebut beberapa daerah telah memasukkan bahasa Inggris ke dalam muatan lokal. Sebagai contoh Depdiknas Jawa Timur telah mengesahkan kurikulum lokal bahasa Inggris dengan surat keputusan No. 172/104/4/94/SK. Dalam kurikulum muatan lokal tersebut antara lain disebutkan bahwa setelah menyelesaikan pendidikan dasar, siswa diharapkan dapat menguasai bahasa Inggris sederhana yang melipui 500 kosa kata. Kurikulum lokal tersebut memuat tujuan pembelajaran, materi, metodologi, dan evaluasi (E. Suyanto, 2000).
KARAKTERISTIK GURU DAN SISWA
Peran guru dalam pembelajaran sangatlah penting, terlebih lagi pada pendidikan tingkat dasar. Guru sebagai bagian penting dari proses pembelajaran memiliki fungsi perencanaan (at-takhthith), implemantasi (at-tanfidz), dan evaluasi (at-taqwim) (Cooper, 1979).
Ketiga fungsi tersebut harus dapat dijalankan oleh setiap guru termasuk guru dalam pembelajaran ALA. Menurut pengamatan, para guru ALA di taman kanak-kanak (TKQ/TPQ) dan sekolah dasar (SDI/MI) umumnya tidak memiliki latar belakang pendidikan bahasa Arab. Hanya sedikit di antara mereka pernah mengikuti pelatihan tentang pembelajaran bahasa Arab untuk anak.
Akhir-akhir ini perhatian masyarakat terhadap pembelajaran bahasa asing untuk anak semakin besar. Khususnya bahasa Inggris dan Arab. Hal itu diikuti pula oleh upaya-upaya pengembangan pembelajaran yang dilakukan oleh para ahli dan guru-guru bahasa.
Kenyataan tersebut memberi dampak positif pada profesi pembelajaran bahasa asing untuk anak. Dalam konteks ALA, itu berarti bahwa guru ALA dituntut memiliki keterampilan khusus (profesional) untuk mengajarkan bahasa Arab pada siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Di samping memiliki kemampuan bahasa Arab yang baik, guru ALA hendaknya juga memiliki sifat dan sikap aktif, kreatif, menyenangkan, dan terbuka. Philip (1995, dalam E. Suyanto, 2000) menyatakan bahwa membantu siswa untuk belajar dan berkembang itu lebih penting dari pada sekedar mengajarkan bahasa. Itu berarti bahwa apabila kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa itu menyenangkan, akan berkesan dan mudah diingat oleh siswa.
Beberapa karakteristik tersebut menjadi semakin penting untuk dimiliki oleh guru ALA karena siswa yang akan mereka hadapi dalam pembelajaran juga memiliki karakteristik khusus sebagai anak-anak yang perlu dihadapi dengan strategi khusus pula oleh guru.
Pemelajar anak-anak umumnya masih belajar tentang lingkungan mereka. Mereka gemar berbicara tentang diri mereka sendiri, orang tua (bapak/ibu), mainan, dan teman bermain. Mereka senang berlari-lari kesana kemari dan senang belajar sesuatu dengan cara langsung mempraktekkannya seperti bernyanyi, bermain, mewarnai, dan menggunting gambar. Anak-anak cenderung senang bertanya. Hal itu karena secara sosial, mereka perlu mengembangkan serangkaian karakteristik yang memungkinkan mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka berada (E. Suyanto, 200)
Scott dan Ytreberg (1990) mengemukakan beberapa karakeristik anak. Menurutnya, anak-anak (1) dapat mengutarakan sesuatau yang akan mereka kerjakan, (2) dapat mengutarakan sesuatu yang telah mereka kerjakan dan mereka dengar, (3) belajar sambil bekerja (learning by doing), (4) dapat berargumentasi, dan (5) dapat menggunakan pola-pola intonasi bahasa ibu.
Sementara itu Furaidah (dalam Ainin 1999) mengemukakan beberapa karakterisik anak sebagai pemelajar bahasa. Menurutnya, anak-anak (1) memiliki kecenderungan suka bermain dan bersenang-senang, (2) memahami hal-hal di sekitarnya secara holistik (utuh) tidak secara analitik, (3) belajar bahasa melewati suatu masa yang disebut dengan periode bisu (fatrotush shumti). Artinya, pada awal belajar bahasa, anak-anak hanya dapat mendengar, belum dapat berbicara; (4) cenderung belajar bahasa melalui pemerolehan (iktisab), yaitu suatu pengembangan kemampuan berbahasa secara alamaiah, bukan mempelajari bahasa secara formal dengan mengkaji aturan-aturan bahasa (Krashen, 1985); dan (5) pada usia sekolah dasar pada umumnya berada pada taraf berpikir secara konkret.
Agar pembelajaran ALA dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah dicanangkan, profesionalisme guru ALA yang diwujudkan dengan pemenuhan kriteria-kriteria tersebut sangat diperlukan. Sehingga karakteristik siswa seperti disebutkan di atas tidak akan menjadi kendala pembelajaran bagi guru, tetapi sebaliknya justru akan menjadi pendorong tercapainya tujuan pembelajaran.
PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN ALA
Salah satu prinsip umum pembelajaran adalah bahwa pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan mempertimbangkan karakteristik individual siswa yang menyangkut perkembangan emosional, perkembangan intelektual, kondisi sosial, dan lingkungan budaya.
Pada dasarnya pembelajaran ALA juga harus berpijak pada prinsip-prinsip umum tersebut. Di samping itu, ada prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan sesuai dengan karakteristik anak. Para ahli pembelajaran bahasa untuk anak, di antaranya Scott, Lee, dan Borridge (dalam Rachmayanti, 2000) mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut. Pertama, berpijak pada dunia anak. Dunia anak berkisar pada keluarga, rumah, sekolah, mainan, dan teman bermain. Kedua, berangkat dari sesuatu yang sudah diketahui dan dekat dengan atau mudah dijangkau oleh siswa ke sesuatu yang belum diketahui atau jauh dari jangkauan mereka. Misalnya dari lingkungan rumah ke lingkungan luar rumah, dilanjutkan ke lingkungan teman sejawat, kemudian ke lingkungan sekolah. Ketiga, pembelajaran dikaitkan dengan hal-hal yang menjadi interes anak Keempat, pokok-pokok pembelajaran yang disajikan berangkat dari pengetahuan yang telah dimiliki siswa, dengan menggunakan bahasa Arab sederhana. Kelima, tugas-tugas diorientasikan kepada aktifitas atau kegiatan. Keenam, bahan pembelajaran merupakan kombinasi antara sesuatu yang bersifat fiksi dan non-fiksi/konkrit. Ketujuh, materi diorentasikan kepada pelaksanaan silabus dan pengembangan dua komponen bahasa (kosa kata dan struktur) dan empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) Kedelapan, budaya nasional dan asing dikenalkan secara bertahap. Kesembilan, pokok-pokok pembelajaran dan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan usia pembelajar
STRATEGI PEMBELAJARAN ALA
Untuk memilih dan menentukan strategi pembelajaran ALA, guru hendaknya terlebih dahulu memahami dengan baik prinsip-prinsip pembelajaran ALA dan karakteristik siswa yang akan diajar. Karakteristik siswa tersebut antara lain seperti yang telah disebutkan terdahulu, misalnya siswa (1) masih belajar dan senang berbicara tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang mempraktekkan sesuatu yang baru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung senang bertanya, (5) cenderung senang mendapatkan penghargaan, dan (6) cenderung mau melakukan sesuatu karena dorongan dari luar.
Berdasarkan beberapa karakteristik tersebut, guru dapat memilih strategi pembelajaran ALA yang sesuai. Salah satu karakteristik siswa adalah bahwa pengetahuan mereka masih terbatas pada lingkungan hidup mereka sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka materi pelajaran sebaiknya dipilihkan hal-hal yang terkait dengan lingkungan mereka. Misalnya tentang diri mereka sendiri, orang tua (bapak/ibu), saudara kandung, rumah dan isinya, binatang piaraan, mainan, lingkungan sekolah, dan teman bermain.
Di samping itu, ada pertimbangan lain yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memilih materi sebagaimana dikemukakan oleh Dick dan Carey (1985), antara lain apakah materi pembelajaran (1) cukup menarik, (2) isinya relevan, (3) urutannya tepat, (4) mengandung informasi yang dibutuhkan oleh siswa, (5) berisi soal latihan, dan (6) berisi jawaban untuk latihan yang diberikan.
Asy-Sya’ban (dalam Ainin, 2002) mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam pemilihan materi, yaitu materi pembelajaran dimulai (1) dari hal yang diketahui oleh siswa ke hal yang belum diketahui, (2) dari yang paling mudah ke yang paling sulit, (3) dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks, (4) dari yang kongkrit ke yang abstrak, dan (5) dari yang praktis ke yang teoritis.
Di muka telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik siswa usia kanak-kanak adalah bahwa mereka senang bertanya. Hal tersebut perlu dijadikan pertimbangan oleh guru dalam memilih strategi pembelajaran. Dalam memulai kegiatan pembelajaran misalnya, guru dapat merangsang lahirnya keingintahuan siswa. Dengan demikian akan timbul pertanyaan atau komentar dari siswa yang mengarah pada substansi materi. Dengan lahirnya pertanyaan dari siswa tersebut sangat memungkinkan terjadinya interaksi dan kuminaksi multi arah.
Untuk memotivasi agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, guru dapat melakukan variasi. Variasi ini bisa dilakuan dari segi materi, metode/teknik, media, dan tempat. Motivasi juga bisa diberikan kepada siswa dalam bentuk hadiah berupa pujian, nasihat/himbauan, nyanyian, barang, dan pemaparan hasil karya.
Dalam memilih metode atau teknik pembelajaran ALA, guru juga perlu melihat salah satu karakteristik yang menonjol pada anak, yaitu bahwa mereka senang bermain. Melihat karakteristik seperti itu, maka metode yang relevan untuk pembelajaran ALA adalah metode bermain dengan berbagai tekniknya. Bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain mungkin lebih relevan bagi mereka karena pada dasarnya mereka cenderung menyukai aktifitas. Guru hendaknya dapat mengemas aktifitas tersebut dalam permainan dan sekaligus pembelajaran. Beberapa bentuk permainan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran ALA misalnya (1) lagu (al-qashidah/alghina’), (2) cerita (al-qishshah), dan (3) permainan (al-la’b). Ketiga bentuk permainan tersebut akan dikemukakan secara garis besar dalam artikel ini.
Lagu/Nyanyian (Al-Qashidah/Al-Ghina’)
Anak-anak dalam berbagai umur pada dasarnya senang mendengarkan, menyanyikan, dan belajar dengan nyanyian/lagu. Oleh karena itu, musik secara umum merupakan bagian penting dari proses belajar-mengajar bagi siswa kanak-kanak. Hampir semua bentuk nyanyian –dari yang tradisional sampai dengan yang pop- dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa guru hendaknya dapat memilih/menyeleksi –atau menciptakan- lagu yang dapat digunakan, baik untuk menyanyi bersama maupun untuk menyanyi sambil melakukan kegiatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih lagu untuk pembelajaran ALA antara lain (1) syair atau kata-kata dalam lagu hendaknya jelas, (2) bahasa yang digunakan dalam lagu tersebut tidak terlalu sulit, (3) tema lagu dipilih yang sesuai dengan dunia anak, (4) lagu tidak terlalu panjang, dan (5) lagu diupayakan memiliki keterkaitan dengan materi yang diajarkan (Anugerahwati, 2000). Beberapa contoh lagu dapat dilihat pada bagian akhir artikel ini.
Di antara tujuan penggunaan lagu untuk pembelajaran ALA di dalam kelas adalah untuk (1) membuat kaitan antara kegiatan dan obyek/benda dengan kata-kata, (2) meresapkan bunyi-bunyi bahasa Arab, (3) mengembangkan kepekaan ritme, dan (4) menghafal kosakata tertentu.
Cerita (Al-Qishshah)
Seperti halnya lagu, cerita juga merupakan hal penting dalam pembelajaran ALA. Mendengarkan cerita yang dibacakan atau diceritakan oleh guru merupakan kegiatan yang disenangi oleh siswa kanak-kanak. Namun demikian, siswa yang lebih besar dapat diminta untuk melakukan sesuatu selama mendengarkan cerita, misalnya menggambar sesuatu yang ada dalam cerita, atau diminta membuat cerita dari rangkaian gambar atau kartun.
Ada dua kegiatan yang dapat dilakukan guru dengan cerita, yaitu menceritakan cerita dan membacakan cerita. Dalam menceritakan cerita, guru tidak membawa buku dan tidak terpaku pada cerita yang akan diceritakan. Guru dapat mengapresiasi cerita yang sedang diceritakannya itu dengan sedikit mengubah atau menyesuaikan bahasanya dengan tingkatan anak-anak. Dalam membaca cerita, guru membaca cerita dari buku dengan suara yang keras. Untuk keperluan ini sebaiknya guru menggunakan buku besar yang dapat dilihat dengan jelas oleh semua siswa. Kegiatan dalam kelas cerita ini dapat bervariasi sesuai dengan umur siswa. Siswa yang lebih kecil dapat diminta untuk “mendengarkan dan melakukan” (al-istima’ wal ‘amal), “mendengarkan dan menirukan” (al-istima’ wattardid), atau “memantomimkan” (at-taqlid/at-tahrij).
Di sisi lain, siswa yang lebih besar dapat diminta untuk melakukan kegiatan yang lebih kompleks seperti “mendengarkan dan menggambarkan route” (al-istima’ wa rasmuththariq), “melihat dan menceritakan cerita” (al-musyahadah wal hikayah), atau “mendramatisasikan cerita” (at-tamtsil).
Agar pembelajaran dengan menggunakan cerita dapat berjalan dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu: (1) guru hendaknya menyiapkan kerangka cerita, (2) guru menyajikan cerita dengan suara yang keras dan jelas, (3) guru hendaknya menggunakan ekspresi, mimik, gerakan, dan isyarat, (4) guru hendaknya menggunakan kontak pandang dengan siswa, (5) guru perlu menyiapkan siswa untuk mendengarkan cerita dengan mengemukakan beberapa pertanyaan pancingan, dan (6) guru hendaknya selalu memperhatikan waktu.
Permainan (Al-la’b)
Anak-anak pada umumnya memiliki permainan favorit yang sering mereka lakukan. Karena pada dasarnya dunia anak adalah dunia bermain. Guru dapat memanfaatkan permainan mereka itu dalam pembelajaran ALA. Beberapa permainan dapat dilakukan di dalam kelas, ada juga yang lebih baik dilakukan di luar. Adalah tugas guru untuk memilih permainan yang sesuai dengan anak-anak dan lingkungan.
Akan tetapi perlu diingat oleh guru bahwa permaian yang dilakukan dalam pembelajaran ALA ini bukanlah tujuan utama, akan tetapi sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu pemerolehan bahasa Arab.
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan oleh guru dalam memilih dan mengembangkan permainan untuk kelas ALA, yaitu: (1) guru hendaknya memilih permainan yang dapat mendorong siswa untuk menggunakan bahasa Arab, (2) guru hendaknya memilih permainan yang dapat melibatkan seluruh kelas, (3) guru dapat menggunakan permainan sebagai selingan, atau pancingan, (4) guru hendaknya tidak memilih permainan yang dapat mendorong siswa bersikap agresif, dan (5) guru sebaiknya tidak menggunakan permainan untuk jam pelajaran penuh (Anugerahwati, 2000).
Sebelum memulai permainan, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut: (1) menginformasikan kepada siswa bahwa kelas akan melakukan permainan. Hal ini perlu agar mereka siap secara fisik dan mental untuk bermain, (2) mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan permainan, (3) menjelaskan aturan permainan sejelas mungkin, dan yakin bahwa setiap siswa sudah memahami aturan tersebut, (4) melatih siswa mengenai aspek-aspek kebahasaan yang akan disajikan dalam permainan, dan (5) memberikan contoh permainan sehingga siswa mengetahui dengan baik bagaimana permainan itu harus dilakukan.
SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ALA sangatlah strategis bagi pengembangan bahasa Arab secara umum di Indonesia, terutama karena besarnya jumlah lembaga pendidikan tingkat dasar, baik formal maupun non-formal.
Agar pembelajaran ALA dapat berjalan effektif dan effisien, diperlukan pemahaman yang baik oleh guru mengenai berbagai aspek pembelajaran ALA seperti strategi pembelajaran, pemilihan dan pengembangan materi, metode dan teknik, media, dan evaluasi.
Disamping itu, guru juga perlu mengetahui dengan baik karakteristik anak sebagai siswa. Karakteristik siswa tersebut misalnya, siswa (1) masih belajar dan senang berbicara tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang mempraktekkan sesuatu yang baru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung senang bertanya, (5) cenderung senang mendapatkan pengharagaan, dan (6) cenderung mau melakukan sesuatu karena dorongan dari luar.
Di antara teknik pembelajaran yang relevan dengan karakteristik anak tersebut adalah (1) lagu/nyanyian, (2) cerita/dongeng, dan (3) permainan. Untuk dapat menerapkan dengan benar ketiga teknik tersebut dalam pembelajaran ALA, guru dituntut untuk kreatif, tidak saja dalam penciptaan dan penggunaan strategi pembelajaran, tetapi juga dalam pemanfaatan berbagai macam permainan dalam pembelajaran ALA.
DAFTAR RUJUKAN
Ainin. 2002. Pemilihan Materi Pembelajaran Bahasa Arab untuk Anak-anak. Makalah
tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Anugerahwati. 2000. Material Selection and Development: Games, Songs, and
Stories. Makalah tidak diterbitkan. Malang: State University of Malang.
Cooper, James M. 1979. The Teacher as Decision Maker. Classroom Taching Skills;
A Handbook. Massachsetts: D.C Heath ang Company
Dick, Walter dan Carey, Lou. 1985. The Systemic Design of Instruction. London:
Scott, Foresman and Company.
Effendy. 2001. Peta Pembelajaran Bahasa Aeab di Indonesia. Jurnal Bahasa dan Seni.
Malang: Fakultasa Sastra UM.
E. Suyanto. 2000. Background Knowledge on EYL: Polycy, curricullum, teacher and
Students’ Characteristics. Makalah tidak diterbitkan. Malang Universitas
Negeri Malang
Muhaiban .2002. Pembelajaran Bahasa Arab untuk Anak. Makalah Tidak diterbitkan.
Malang: Fakultas sastra UM.
Rachmayanti. 2000. Maerial Selection and Development: Vocabulary, Structure, and
Text. Makalah tidak diterbitkan. Malang: State University of Malang.
Scott, Wendy A dan Ytreberg, Lisbeth H. 1990. Teaching English to Children. New
York: Longman
Lampiran:
Contoh Lagu
1ـ ا ب ج د
ا ب ج د هـ و ز
ح ط ي ك ل م ن
س ع ف ص ق ر ش
ت ث خ ذ ض ظ غ
عرفتُ ا ب ج د
رغم أني صغير
2ـ إذا أنت مسرور
إذا أنت سعيد صفِّق بيديك
إذا أنت سعيد صفِّق بيديك
إذا أنت سعيد وقلبك مسرور
إذا أنت سعيد صفِّق بيديك
إذا أنت سعيد طأطئ رأسك
إذا أنت سعيد طأطئ رأسك
إذا أنت سعيد وقلبك مسرور
إذا أنت سعيد طأطئ رأسك
إذا أنت سعيد دُس برجليك
إذا أنت سعيد دُس برجليك
إذا أنت سعيد وقلبك مسرور
إذا أنت سعيد دُس برجليك
3ـ الفأر
الفأر حيوان ضارّ قذر
حادّ الأسنان يتلف ما يصل
إليه من الطعام أو المتاع 2 X
القط هو عدو الفيران
الفأر دائما يخرج في الليل
Hal : Pemuatan Artikel Jurnal Malang, 15 Agustus 2002
Lampiran: 1 (satu) bendel dan 1 (satu) buah disket
Kepada : Yth. Ketua Penyunting
Jurnal Media Pendidikan
Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Gunung Djati
di Bandung
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Kami sampaikan dengan hormat bahwa Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (UM) saat ini tengah mengembangkan
pembelajaran bahasa Arab untuk anak/Al-Arabiyyah lil Athfal (ALA) dengan menyelenggarakan berbagai lokakarya dan pelatihan untuk para guru dan dosen bahasa Arab.
Kami berfikir, agar manfaat pengembangan pembelajaran ALA ini dapat dirasakan oleh masyarakat secara luas, khususnya para pemerhati pendidikan bahasa Arab, maka sosialisasi perlu dilakukan.
Atas dasar pemikiran itulah maka kami kirimkan artikel tentang
pembelajaran ALA ini untuk dapat dimuat dalam jurnal Media Pendidikan
dalam rangka sosialisasi tersebut.
Bersama ini pula kami kirimkan disket yang berisi file artikel.
Sampai saat ini kami belum mengetahui “gaya selingkung” penulisan artikel yang dianut oleh Jurnal Media Pendidikan. Oleh karena itu, penulisan artikel ini masih mengikuti “gaya selingkung” Universitas Negeri Malang (UM).
Kami berharap artikel ini dapat dimuat pada edisi September 2002. Atas
perhatian dan dimuatnya artikel ini, kami ucapkan terima kasih
Salam kami,
Muhaiban.

1 komentar:

Ni'amul Ausath mengatakan...

kitabah jayyidah, sangat bermanfaat bagi pengajar bahasa Arab. rugi lho kalau nggak di baca..